Kamis, 30 Juni 2016

Teater

Teater adalah salah satu cabang seni pertunjukan yang dipandang termasuk paling tua. Kata 'teater' dalam bahasa Indonesia diserap dari kata 'theatre' dalam bahasa Inggris. Adapun dalam bahasa Inggris sendiri, kata 'theatre' diyakini berkembang dari kata 'theatron' (Yunani) yang secara harafiah berarti tempat menonton. Namun sebagai sebuah istilah, kata 'teater' dimaknai sebagai sebuah jenis seni pertunjukan yang dicirikan oleh: medium (sarana) perwujudan seninya adalah tubuh manusia; dan pokok (substansi) tontonannya adalah tingkah laku dan semua ekpresi manusia.

Hal yang dipertontonkan dalam teater biasanya mengangkut atau mengandung sebuah cerita tentang manusia. Inilah yang dapat disebut sebagai sebagai drama. Namun berbeda dengan seni tari, bukan hanya gerak tubuh yang menjadi pokok totonan dan saluran cerita di dalam teater, melainkan juga ucapan dan seluruh ekpresi manusia yang lain. Berbeda pula dengan film yang juga memiliki pokok tontonan tubuh tingkah laku manusia, tontonan seni teater bersifat langsung (live) karena digelar tanpa media atau perantara.

Secara teoretik, teater disebut memiliki beberapa sifat dasar atau ontologi, yakni: prosesual (berproses); efemeral (sementara); dan perpetual (mengabadikan). Ciri utama seni teater menurut para pengamat adalah terdapatnya empat komponen atau unsur utama, yakni: pemeran; cerita; penonton dan ruang. Berdasarkan itu, seorang teaterolog bernama Eric Bentley memformulasikan teater dengan mengatakan bahwa peristiwa teater terjadi manakala terdapat pemeran, yang memerankan tokoh-tokoh dalam sebuah cerita, di hadapan atau bagi para penonton, pada sebuah panggung atau ruangan tertentu yang diperuntukkan bagi pertunjukan.

Ruangan yang direka dan diperuntukkan bagi pertunjukan teater tersebut di atas juga dinamakan sebagai teater. Dalam bahasa Inggris, kedua pengertian 'teater' itu umumnya  diwujudkan dengan membedakan cara penulisannya, menjadi 'theatre' (sebagai genre seni) dan 'theater' (sebagai gedung pertunjukan). Hal ini dapat kita lihat dalam penamaan gedung-gedung bioskop yang kerap kali juga memakai kata 'theater.' Namun di Indonesia, kedua pengertian itu hanya dapat dibedakan dengan melihat kata depannya, menjadi 'pementasan teater' atau 'gedung teater.'

Drama

Istilah  'drama' sering bertukar arti atau menimbulkan kemiripan dengan kata 'teater.' Meski memang memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain, namun kedua kata itu tidaklah persis sama maknanya. Kata drama secara etimologis berasal dari kata 'dromae' (Yunani) yang berarti tindakan atau lakuan. Sementara itu 'teater,'  semula berasal dari kata 'theatron' (Yunani) yang artinya adalah tempat menonton. Istilah 'drama' pada perkembangannya memiliki setidaknya dua makna dalam penggunaannya, yakni: sebagai kata benda; dan sebagai kata sifat.

Sebagai kata benda, 'drama' biasanya merujuk pada teks tertulis atau naskah, salah satu genre di dalam sastra, yang sama kedudukannya dengan puisi, novel, prosa, dan lain-lain. Namun begitu, drama memiliki bentuk yang berbeda dengan karya sastra yang lain, karena tidak berupa uraian atau kisahan, melainkan dalam bentuk dialog dan petunjuk pementasan (author direction). Drama, juga dibedakan dengan bentuk karya sastra yang lain, karena biasanya ditulis untuk dipertunjukkan. Untuk tidak merancukan pemahaman, sebaiknya teks tertulis ini disebut sebagai 'naskah lakon' atau 'play text.'

Sementara itu, sebagai kata sifat, drama adalah genre atau cabang seni, yang objek tontonannya adalah peristiwa kehidupan manusia, yang dipertontonkan di hadapan atau kepada manusia lain. Dilihat dari segi ini, maka tari, teater, dan film dapat dikategorikan sebagai seni drama. Atau lebih jauh, ketiga cabang seni ini dapat disebut sebagai 'seni dramatik,' yakni cabang seni yang memiliki sifat drama, karena memiliki objek tontonan utama berupa tindakan dan lakuan manusia.

Kerancukan pengertian antara drama dan teater bersumber dari sifatnya ini. Kebanyakan pertunjukan atau pementasan teater memang berasal dari teks-teks tertulis, atau dengan naskah-naskah lakon, misalnya karya-karya tragedi klasik yang ditulis oleh Sophocles, hingga karya-karya neoklasik Shakespeare. Atas dasar itu, maka pementasan teater sebagian besar berarti pementasan naskah drama. Dengan demikian, pementasan teater juga dapat dipahamu sebagai pementasan drama karena pokok tontonannya adalah tingkah laku manusia.

Senin, 27 Juni 2016

Dramaturgi

Dramaturgi pada dasarnya adalah ilmu perihal drama (dan teater). Pada tataran dasar, ilmu di sini berarti pengetahuan tentang hukum, konvensi dan azas-azas drama. Namun pada tataran lebih tinggi dari itu, dramaturgi juga berarti keahlian untuk menciptakan drama atau keterampilan untuk bekerja dengan peranti-peranti drama.

Kata 'dramaturgi' berasal dari kata 'drama' yang berasal dari bahasa Yunani, yang berarti berbuat, berlaku, dan bertindak. Adapun kata 'urgi' berasal dari kata 'ergon' yang berarti cara, metode, dan tehnik. Itulah sebabnya, kata 'dramaturgi' tidak tepat kalau hanya diartikan sebagai pengetahuan teoritik. Sebaiknya, 'dramaturgi' diartikan sebagai pengetahuan sekaligus keterampilan mengenai drama.

Sebuah drama dalam artinya yang paling dasar adalah laku, tindakan atau ekspresi di hadapan penonton, yang mengambarkan kembali kehidupan manusia. Tentu saja hal itu dilakukan dengan menggunakan tubuh manusia. Ini adalah sifat hakiki dari seni drama, yakni seni yang mempertontonkan tingkah laku manusia, dan bersifat 'langsung,' di mana pelaku dan penonton berada pada ruang dan waktu yang sama.

Namun lebih jauh dari itu, drama pada dasarnya adalah bentuk komunikasi, yang menyampaikan suatu situasi, suasana, dan tema kehidupan tertentu kepada penonton. Itulah sebabnya, dramaturgi, dalam artiannya sebagai sebuah pendekatan ilmu, menaruh perhatian pada sisi komunikasi dari drama, yakni bagaimana situasi, suasana, dan tema tertentu diwujudkan menjadi lakuan, dan bagaimana hal itu dipahami penonton.